“AYAH. . .AKU LUPA MENANYAKAN NAMANYA !!!”
jazakumulloh khoiron katsiro atas kunjungannya
Labels:
A Rain In My Story
“Maafkan Ayah ya
nak, karena tidak bisa menepati janji untuk menemanimu berlibur, sebagai
gantinya Ayah akan membawamu ke perkebunan Kakekmu di desa”. Saat itu umurku 10 tahun dan Ayahku telah berjanji untuk mengajakku berlibur bersama. Tapi tepat sebelum liburan Ayahku ada keperluan bisnis yang sangat penting, hingga akhirnya Ayah tidak
bisa menepati janjinya. Aku berpikir ini akan menjadi liburan yang membosankan
karena tidak ada yang bisa di lakukan di perkebunan.
“Apa ini?? cantik
sekali”, gumamku lirih. Aku benar-benar di buat kaget akan keadaan alam di perkebunan Kakek. Walaupun masih sedikit kecewa, tapi sepertinya menghabiskan liburanku
hanya dengan Kakek di perkebunan juga bukan pilihan yang buruk. Mataku tak
henti-hentinya menatap sekeliling, pikiran yang mengira akan menjadi liburan
yang membosankanpun lenyap.
“Pergilah dan
berkeliling sepuasmu, tapi ingat harus hati-hati”, kata Kakek. Bergegas aku
mengambil tas kecilku berisi bekal makanan dari Kakek dan pergi kebukit
belakang perkebunan. Nyaman sekali tiduran di karpet
alam bukit ini, wangi rumput yang terkena embun menari-nari bersama angin. Langit
begitu cerah kala itu, biru semuanya biru layaknya laut berpindah ke angkasa,
belum puas aku memandanginya terdengar alunan merdu yang semakin mendekat.
“la-la-laa la-la-laa la laa-la-laa” itu suara gadis, bahkan kecantikan langitpun tak
mampu mencegahku untuk berpaling mencari dari mana suara merdu itu berasal.
Maniss sekali, sesaat aku sempat berpikir apa bukit ini tempat bermain
bidadari, belum berakhir pertanyaan-pertanyaan itu menghiasi pikiranku suara
lembutnya menyapaku.
“Hei, apakah kamu
adalah anak kecil dari kota
yang sedang ramai dibicarakan??”, tanyanya sambil tersenyum maniss di depanku.
Gadis itu seumuran denganku, entah kenapa aku dan gadis itu cepat sekali akrab
seperti kloning saja. Mengoceh sana-sini membuat kami lapar tentunya, aku membuka tas
kecilku dan mengeluarkan bekal yang diberikan Kakek. "Aneh, apa Kakek tau kalau
gadis ini sering kesini sehingga membawakanku 2 potong sandwich untuk berbagi
dengannya??" pikirku, terima kasih Kakek. Waktu berjalan terasa cepat sekali, matahari
sepertinya mulai lelah dan bersiap beristirahat, dari bukit terlihat lampu-lampu
rumah mulai menyala, kami pun bergegas pulang sebelum hari bertambah gelap.
“keluarlah, kamu
janji mengajakku bermain kan ??”,
suara gadis itu dari luar rumah Kakek. Pagi yang indah, aku ingat kemarin aku
sudah berjanji untuk bermain dengannya, seperti saat pertama kali bertemu
senyumnya benar-benar maniss. Ku habiskan hari itu bersamanya, bernyanyi,
bermain dan bersenang-senang. walaupun Cuma di area perkebunan tapi kami
benar-benar puas, karena selain bercocok tanam, Kakek juga punya beberapa ternak seperti, ayam, domba, dan sapi.
“Hiks hiks, aku
takut”, gadis itu menangis. Aku Cuma bisa tersenyum melihatnya, lucu sekali,
saat bermain dengan anak ayam, sepertinya sang induk dalam suasana
hati yang tidak senang, induk-induk ayam itu mengejar kami, aku tau niat mereka
mengusir kami yang dianggapnya sebagai ancaman. Terlalu takut tanpa sadar gadis
itu menggenggam kaosku kuat-kuat, dia menangis, “sudah-sudah tidak apa” kataku
menenangkannya. Kemudian memberi makan sapi perah, melihatnya saja
membuatku gemas ingin menungganginya. Kami juga sempat ikut mengembala domba, bulunya putih bersih, seperti gumpalan awan. Terakhir bermain air
di sungai dekat rumah Kakek, jernih sekali airnya, bahkan aku bisa melihat
ikan-ikan berenang mengelilingi kakiku.
“Kamu benar-benar
akan pergi?? Berjanjilah suatu saat kamu akan kembali”, pinta gadis itu padaku.
Sudah 3 hari aku di perkebunan milik Kakek, seharusnya siang ini Ayah akan
menjemputku. Sebelum pergi aku menemui gadis itu di bukit tempat biasanya, hari
ini dia tau kalau aku akan pulang ke kota ,
jadi, dia sengaja tidak menemuiku dan pergi sendiri ke bukit, mungkin karena dia
sedih atas kepergianku. Aku berjanji suatu saat akan kembali dan menikahinya. Aku
berteriak lantang di atas bukit “AKU PASTI KEMBALI”, ulahku membuatnya
tersenyum, senyum maniss yang selalu ingin kulihat.
“Sudah siap?? Ayah
terima kasih telah merawatnya selama liburan”, kata Ayah kepada Kakek. Semua
barang sudah masuk di mobil, aku juga sudah berpamitan dengan gadis itu, tak
lupa juga berpamitan dengan ayam, domba dan sapi milik Kakek. Aku memeluk
erat Kakekku, “Terima kasih kek, lain kali aku pasti kembali” kataku sambil
menangis. Dari dalam mobil kulambaikan tanganku, terlihat Kakek juga
melambaikan tangannya. Aku mencari gadis itu, tapi sejauh mataku memandang aku
tak menemukannya, padahal aku ingin sekali melihat senyumnya, pikirku.
“AYAH. . .AKU LUPA MENANYAKAN NAMANYA !!!”
18 comments
Nizwa Ayuni
waaaahh nantikan yah ^____^
terlalu senang mungkin. . .wajahnya mengalihkan pikiranku ahahahahaha
salam ukhuwah. . .InsyaAllah :p
waaaahh nantikan yah ^____^
terlalu senang mungkin. . .wajahnya mengalihkan pikiranku ahahahahaha
salam ukhuwah. . .InsyaAllah :p
Powered by Blogger.
Weather Palace
YoWindow.com
Forecast by yr.no