jazakumulloh khoiron katsiro atas kunjungannya
62

Bila Istri Lebih Alim dari Suami

Bismillah

Shalih dan baik pemahaman diennya. Salah satu karakter utama sosok lelaki dambaan muslimah. Tentu saja. Suami adalah pemimpin rumah tangga dengan salah satu tugas utamanya : ”qu anfusakum wa ahlikum naro” jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka (QS. At Tahrim : 6). Sedang ilmu dan keshalihan adalah satu-satunya sarana yang mampu menyelamatkan manusia dari neraka, dengan rahmat Allah Ta’ala. Dengan ilmu dan keshalihannya, diharapkan suami dapat mengarahkan bahtera rumah tangga sampai tujuan dan melindunginya dari badai fitnah dunia yang membinasakan.

Bersyukurlah jika anda mendapat suami yang seperti ini. Hanya saja, takdir hidup yang harus dijalani setiap muslimah tidak selalunya sempurna sesuai yang didamba. Ada kalanya yang terjadi justru sebaliknya, Istri kebih shalih dan lebih paham agama daripada suaminya. Misalnya, suami lulus SMA sedang istri alumni pesantren yang tentunya relatif lebih mahir dalam agama.

Apakah ini salah? Tentu saja tidak. Bukankah petunjuk Rasulullah mengarahkan agar lelaki memilih wanita karena agamanya, ilmu dan keshalihatannya? Jadi tidak salah jika ada lelaki yang mencari istri yang lebih pintar diennya, lebih shalih kepribadiannya dari dirinya. Sebab, dua hal inilah yang akan menyebabkan ”taribat yadaka” suami mendapatkan keberuntungan.

Artinya, dalam hal keshalihan dan ilmu agama, tidak masalah jika ternyata istri lebih unggul daripada suaminya. Bahkan boleh jadi suami harus banyak belajar kepadanya. Kalau ada yang menginginkan emansipasi alias kesetaraan gender atau bahkan mengunggulkan gender sebagai wanita atas laki-laki, disinilah tempatnya. Buatlah diri anda sebagai wanita setara atau bahkan lebih tinggi dari laki-laki, dalam hal ilmu agama dan keshalihan
. Bukan dalam hal kesempatan keluar rumah, memakai kaos, menanggalkan jilbabnya atau pun jabatan politik.

Seperti Abu Wada’ah yang menikah dengan putri Said bin al Musayib, imam besar para Tabi’in, ulama yang sangat disegani bahkan oleh penguasa. Abu Wada’ah adalah duda miskin dan murid dari Said bin al Musayib, sedang putri Said bin al Musayib adalah wanita yang mewarisi ilmu juga keshalihan yang luar biasa dari ayahnya. Tadinya Abu Wada’ah segan saat ditawari sendiri oleh gurunya agar menikahi putrinya. Tapi karena Said bin al Musayib meyakinkan dirinya, akhirnya ia maju, merengkuh anugrah terindah itu. Abu Wada’ah memuji istrinya dengan, ”Istriku adalah wanita yang paling cantik di madinah, paling hafal kitabullah dan paling mengerti hadits Rasulullah dan paling paham hak-hak suami.”

Jika anda mengalami hal seperti ini, jangan sampai anda merasa tidak beruntung dijodohkan Allah dengan laki-laki yang tak sebagaimana yang anda damba. Justru Allah tengah memercayakan sebuah tugas mulia kepada anda sebagai pemegang kompas sekaligus navigator dalam bahtera rumah tangga. Sebuah kepercayaan tidak akan Allah berikan kecuali kepada yang memang dipercaya oleh-Nya. Yang perlu anda lakukan adalah membuktikan bahwa anda memang layak diberi kepercayaan itu. Yaitu dengan memberikan seluruh ilmu dan teladan yang baik untuk keluarga.

Atau barangkali khasusnya begini, anda dan suami menikah dan sama-sama memulai rumah tangga tanpa bekal pengetahuan Islam. Tapi kemudian Allah lebih dulu memberi hidayah kepada anda daripada suami dalam mendalami Islam dan mengamalkannya. Sama saja, ini juga merupakan amanah dari Allah. Amanah agar andalah yang menjadi pelita di rumah tangga untuk meneranginya dengan cahaya ilmu dan iman.

Ilmu adalah amanah. Di dalam kitab Syarh Ushuluts Tsalatsah dijelaskan bahwa kita wajib belajar dan melakukan empat hal,
1. Mencari ilmu,
Yaitu mengenal Allah (ma’rifatullah), mengenal Nabi-Nya (ma’rifatur rasul), dan mengenal dien-Nya (ma’rifatud dien) dengan dalil.
2. Mengamalkan iimu tersebut.
3. Mendakwahkannya.
4. Bersabar atas segala gangguan dalam menjalani tiga hal sebelumnya.

Sebelum anda tahu (berilmu) anda wajib mencari ilmu (thalabul ’ilmi). Setelah tahu, anda wajib mengamalkannnya semaksimal kemampuan anda. Setelah itu mendakwahkannya. Nah, dalam hal dakwah, keluarga adalah obyek dakwah utama anda. Orangtua, anak-anak termasuk juga suami. Merekalah yang paling perlu mendapat siraman dakwah dari ilmu yang telah anda dapatkan.

Yang terakhir adalah bersabar. Bersabar dalam mencari ilmu, dalam mengamalkannya dan juga bersabar saat mendakwahkannya. Dalam kondisi ini, nasihat untuk bersabar menjadi nasihat yang paling anda butuhkan. Barangkali, akan ada kendala mental yang cukup besar yang harus anda hadapi karena anda harus mendakwahi ”pimpinan” anda. Namanya suami ada kalanya kurang berkenan saat dinasehati atau bahkan baru sekedar merasa dinasehati oleh istrinya.Bahkan meski dengan bahasa yang sudah diperhalus sekalipun. Saat inilah jamu kesabaran harus anda minum agar hati tenang dan terhindar dari putus asa. Tetap berusaha sebaik-baiknya dalam berdakwah memanggul amanah dari Allah. Jangan menyerah meskipun berat karena pahala di sisi-Nya sangatlah agung. Sekali lagi, buktikan bahwa anda memang layak diberi kepercayaan ini. Jika sukses, anda benar-benar akan menjadi anugrah terindah bagi keluarga anda. Wallahua’lam.

Powered by Blogger.
Strawberry On Top Of Cupcake

Weather Palace

Hitori Janai

Don't Stop Dancing